Sunday 17 October 2021

Bhabinkamtibmas Suryodiningratan Hadiri Sosialisasi Filosofi Sumbu Keraton Yogyakarta

 


Mantrijeron - Bhabinkamtibmas kelurahan Suryodiningratan Aipda Dedi krismayanto bersama Babinsa menghadiri acara sosialisasi filosofi sumbu keraton Yogyakarta di aula kelurahan Suryodiningratan. Sabtu (16/10/2021).

Acara tersebut dihadiri oleh Bhabinkamtibmas, Babinsa, petugas dari dinas kebudayaan, lurah kelurahan Suryodiningratan dan ibu - ibu kader PKK wilayah kelurahan Suryodiningratan.

Panggung Krapyak merupakan awal dari tiga titik susunan sumbu filosofis (Panggung Krapyak-Keraton-Tugu) Sangkan Paraning Dumadi. Pertemuan antara wiji (benih) yang digambarkan antara Panggung Krapyak (yoni) dengan Tugu Pal Patih (lingga), melambangkan proses kelahiran manusia (sangkaning dumadi) yang tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa, berumah tangga, mengandung, dan melahirkan anak.  Sebaliknya dari Tugu Pal Putih menuju Keraton Yogyakarta melambangkan perjalanan hidup manusia kembali menuju Sang Penciptanya (paraning dumadi).

Keraton Yogyakarta yang berada di titik tengah menggambarkan kehidupan manusia yang telah mapan-dewasa, dan akhir filosofi paraning dumadi yaitu kehidupan langgeng di alam akhirat setelah kematian disimbolkan dengan Lampu Kyai Wiji di Gedhong Prabayeksa yang tak pernah padam sejak Sultan Hamengku  Buwana I.

 Secara simbolis Sumbu Filosofi Yogyakarta melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya (Hablun min Allah), manusia dengan manusia (Hablun min Annas), serta manusia dengan alam termasuk lima anasir pembentuknya yaitu api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari bumi Ngayogyakarta, air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta), dan angkasa (ether).

Aipda Dedi Krismayanto dalam keterangannya mengatakan, acara ini sangat bermanfaat bagi kita warga Yogyakarta agar mengetahui arti dari peninggalan sejarah keraton Yogyakarta dan pesan moral yang disampaikan dari peninggalan sejarah itu sendiri, keraton Yogyakarta sebagai ciri kas keistimewaan kota Yogyakarta agar tidak tergeser dengan kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat istiadat kita sebagai warga masyarakat Yogyakarta.

Show comments
Hide comments
No comments:
Write comment

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *



Back to Top